Senin, 22 Oktober 2018

SASIH KENEM MELAKSANAKAN UPACARA NANGLUK MERANA

SASIH KENEM MELAKSANAKAN UPACARA NANGLUK MERANA

 Hasil gambar untuk sasih keenam
Seperti halnya wewaran, wuku, tanggal panglong semuanya mempunyai perhitungan ala-ayu (baik-buruk) maka sasih pun mempunyai perhitungan ala ayu. Misalnya pada waktu bergerak saat wiswayana (saat berada di tengah) kemudian bergerak ke utara (uttarayana) dan kemudian bergerak ke arah selatan (daksinayana). Maka secara umum sasih uttarayana dianggap sasih yang bersih dan daksinayana dianggap sasih kotor. Daksinayana jatuh pada sasih kanem, kapitu, kawulu, dan ini adalah sasih yang baik untuk nangkluk merana atau membuat upacara bhuta yadnya.
Umumnya desa-desa di Bali menggelar upacara nangluk merana pada saat sasih kenem. Orang awam memahami upacara ini sebagai ritual untuk mengusir hama dan memohon anugerah Ida Ratu Gede Macaling, penguasa laut selatan yang berstana di Pura Penataran Ped, Nusa Penida, agar dijauhkan dari segala jenis penyakit.
Biasanya, upacara nangluk merana dilaksanakan saat Tilem Kanem, ada juga yang memilih melaksanakan upacara nangluk merana Kajeng Klwion Enyitan atau Kajeng Kliwon Uwudan Sasih Kanem. Pada Tahun ini, Tilem Kenem dan Kajeng Kliwon sasih kenem bertepatan jatuh pada tanggal 1 Januari 2014. Tentunya, hari ini adalah hari yang sangat baik sekali untuk melaksanakan upacara nangluk merana atau bhuta yadnya.
Upacara nangluk merana umumnya dilaksanakan krama subak di seluruh Bali. Upacara dilaksanakan di pura-pura yang berstatus sebagai pura subak, terletak di tepi pantai. Karena itu pula, upacara nangluk merana biasanya terkosentrasi di Puta Watu Klotok, Pantai Lebih, Puru Ulun Subak Bukit Jati, Pura Masceti, Pura Erjeruk, Pura Petitenget, Pura Rambut Siwi, Pura Tanah Lot, dan pura-pura sejenisnya. Pelaksanaan upacara nangluk ini disesuaikan dengan desa kala patra, tempat, waktu dan tradisi yang sudah berjalan di masing-masing daerah di Bali. Upacara nangluk yang unik ada di Tabanan, dalam prosesi upacara nangluk merana masyarakat menggayot raja (Tjokorda) untuk mengelilingi sekitaran sawah.
Berdasarkan sumber yang di baca, Pelaksanaan Nangkluk Merana yang dilakukan masyarakat ini telah ada sejak zaman Rsi Markandya. Makna dan fungsinya sangat jelas untuk melaksanakan keselamatan lahir dan batin. Semua itu ada dalam sastra Lontar Purwaka Bumi. Di samping itu tujuan ritual tersebut juga untuk memohon berkah kesuburan. Terlebih lagi, dalam pergantian sasih ini harus dimaknai dengan baik, dilaksanakan dengan lascarya, ngaturan bakti dan banten, memohon keselamatan agar terjadi penetralan kesimbangan sesuai dengan ajaran dan Lontar Cuda Mani.
Mengacu pada sumber sastra lainnya, dalam hubungan dengan upacara nangluk merana di antaranya bersumber dari Purana Bali Dwipa. Pada intinya sumber itu mengatakan, ketika Raja Sri Aji Jayakasunu mendapat petunjuk dari Hyang Maha Kuasa berbunyi sebagai berikut: “Malih aja lali ring tatawur ring sagara, manca sanak, nista Madhya, uttama, nangken sasih kanem, kapitu, kaulu, pilih tunggil wenang maka panangluk mrana aranya. Yan sampun nangluk mrana, gring tatumpur tikus, walang sangit, mwah salwiring mrana ring desa, mwang ring sawah tan pa wisya, apan sampun hana labanya, wetning salwiring mrana saking samudra datengnya.”
Artinya, Dan jangan lupa melaksanakan kurban (tawur) di laut amanca sanak, tingkat kecil, sedang, utama, tiap-tiap bulan Desember, Januari, Februari salah satu di antaranya dapat dipilih untuk dilaksanakan sebagai penolak hama dan bencana. Bilamana sudah melaksanakan upacara nangluk merana, penolak hama dan penyakit di sawah, maka tikus walang sangit, segala bentuk hama di tingkat desa maupun sawah tidak akan berbahaya, karena sudah dibuatkan upacara. Oleh karena segala wabah dari laut sumbernya.
Ritual nangluk merana semestinya dimaknai menyelusup jauh pada laku diri. Nangluk merana sebagai ritual menjaga keseimbangan alam semestinya kita ditindaklanjuti dengan laku diri secara nyata untuk menjaga lingkungan. Tak perlu yang berat-berat, mulailah dengan cara-cara teramat sederhana: jangan membuang sampah sembarangan, jaga kebersihan selokan, bersihkan sungai dan lainnya. Jika sudah begitu, tentu penyakit dengan sendirinya tak berani mendekat. Itulah anugerah paling nyata dari Ida Ratu Gde Mecaling.

Kenapa Masyarakat Bali Memberi Perhatian Pada Saat Sasih Kenem?

Manusia Bali memberi perhatian khusus pada Sasih Kanem. Sasih Kanem kerap kali paling ”ditakuti”. Sasih Kanem dimaknai awam sebagai awal merebaknya aneka penyakit atau pun hama. Banyak orang jatuh sakit. Begitu juga tanaman tak sedikit yang rusak dimakan hama.
Memang, dalam tradisi wariga Bali, Sasih Kanem merupakan saat Dewi Durga beryoga. Sasih Kanem juga berada dalam naungan kuasa Batara Guru (Siwa). Kini, Dewa Siwa tengah menguasai arah barat daya.
Bila saat sasih Kanem terjadi gempa bumi, ramalan tradisional Bali menyebutkan akan banyak orang susah menjalani hidup. Manusia menjadi liar. Karena itulah, Anda diingatkan untuk waspada berbicara. Jika sampai pembicaraan Anda membuat telinga orang panas, keributan akan mudah tepantik. Bencana alam pun biasanya mengintai dan pencuri bergentayangan tanpa rasa takut.
Secara faktual, Sasih Kanem merupakan musim pancaroba, peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Hujan yang turun pada Sasih Kanem lebih lebat dari pada hujan saat Sasih Kalima. Musim pancaroba tentu saja berdampak pada kondisi alam. Pada akhirnya, kondisi alam yang berubah itu berakibat juga pada kondisi manusia. Jika daya tahan tubuh tidak cukup kuat, maka sakit akan amat mudah menghampiri. Lantaran hujan mulai turun, udara mulai terasa lembap. Matahari kerap pula terselimuti mendung. Akibatnya suhu udara menjadi gerah. Kondisi ini tentu mudah memicu sakit flu, demam atau pun batuk-batuk.
Terlebih lagi, pada Sasih Kanem ini, lalat kian berbiak saja. Lalat merupakan salah satu spesies penyebar penyakit. Pasalnya, lalat dengan mudah hinggap di tempat-tempat paling kotor tetapi juga pada saat yang tidak lama bisa dengan mudah hinggap di tempat makanan.
Karena itu,sangat penting artinya memperhatikan kebersihan lingkungan sepanjang Sasih Kanem ini. Sanitasi mesti dijaga agar benar-benar bersih. Jangan juga membiarkan makanan terbuka hingga mudah dihinggapi lalat.
Pada Sasih Kanem bukan hanya manusia dan hewan yang mudah terserang penyakit. Tanam-tanaman juga amat gampang dirajam hama sepanjang Sasih Kanem ini. Karenanya, pada Sasih Kanem orang Bali biasanya melaksanakan upacara nangluk merana, upacara mengusir hama.
Akan tetapi, Sasih Kanem juga merupakan saat tepat untuk mulai meladang. Hujan pertama Sasih Kanem akan menyegarkan Ibu Bumi. Sang pengabdi Ibu Bumi, para petani, para peladang biasanya akan mencangkuli tanah pada Sasih Kanem.
Namun, untuk melaksanakan upacara yadnya yang direncanakan (ngewangun) semisal upacara pawiwahan (pernikahan), ngaben maupun ngenteg linggih, umumnya akan menghindari Sasih Kanem. Anda disarankan untuk menunda dulu upacara-upacara tersebut minimal sebulan dengan mencari Sasih Kapitu. Yang paling baik, disarankan mencari Sasih Kadasa. Sasih Kanem biasanya dijadikan saat tepat untuk melaksanakan upacara bhuta yadnya, seperti macaru. sasih karo baik untuk pitra yajña, sasih caitra baik untuk bhuta yajña. Sasih kapat dan kadasa baik untuk upacara dewa yajña, sehingga saat purnamaning kapat dan kadasa kita melihat umat Hindu melaksanakan upacara odalan pada pura-pura besar seperti : khayangan jagat, sad khayangan, dang khayangan, khayangan tiga dan sebagainya. Masih banyak lagi padewasan memperhitungkan ala ayuning sasih.

Nama : Putu Dedi Ambara Yuda
NIM   :  1813051007
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Seni Budaya Bali

SENI TRADISI DI BALI         TARI BARIS GEDE Sumber : Bali media info : Baris Gede Tari Baris Gede merupakan salah sat...