Jumat, 26 Oktober 2018

budaya "NGAYAH" di Bali

“NGAYAH”
Payah, Layah, Sing Mebayah


Om Swastiastu
Halo,, apa kabar para pengunjung blog ini...? Semoga selalu dalam keadaan baik ya..
Hasil gambar untuk gotong royong
sumber gambar dari google
Ini merupakan tulisan pertama penulis. Nah,, kali ini penulis akan membahas suatu budaya masyarakat di Indonesia yaitu budaya “gotong royong”,  dan bagi umat Hindu di Bali dikenal dengan istilah “ngayah”.
Ya tentu saja,,, Indonesia memang terkenal dengan semangat gotong royongnya. 
            Gotong royong sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia sejak zaman dulu. Namun masing-masing masyarakat memiliki tradisi gotong royongnya sendiri.  
Di Bali, gotong royong atau yang lebih dikenal dengan istilah "ngayah" atau yang sering diplesetkan dalam bahasa Bali menjadi arti "payah, layah, sing mebayah" yang diartikan bahwa ngayah merupakan sesuatu yang melelahkan, membuat lapar, dan tidak dibayar. Namun demikian, begitulah aslinya orang Bali dan umumnya masyarakat Indonesia yang ramah tamah, dan suka menolong. Ngayah sudah menjadi suatu kebiasaan.  Bukan hanya untuk kegiatan sosial, namun juga sebagai perintah agama. Dapat dikatakan juga dengan istilah “Dharma Negara” dan “Dharma Agama”. Dalam berbagai kegiatan keagamaan, ngayah itu bagaikan “oksigen” yang merupakan suatu kebutuhan hakiki dan juga bagaikan “air dan api kosmis” yang mencuci keruh-keruh karma kita dan membakar kemalasan.
Apa sih sesungguhnya arti dan makna ngayah dalam kehidupan keagamaan? Mengapa dan apa tujuan dari ngayah ini? Kesimpulannya bagaimana, apakah ngayah ini perlu dilakukan dan dipertahankan? 
Berikut akan penulis jelaskan lebih lengkapnya, yang dimulai dari sejarah ngayah itu sendiri.
Ngayah merupakan suatu kewajiban sosial masyarakat Hindu Bali sebagai penerapan dari ajaran agama. Dan secara harfiah, ngayah berarti melakukan pekerjaan tanpa mendapat upah (kamus Bali-Indonesia,1990). Istilah ini diadopsi dari konteks politik dan kultur dari raja-raja Bali pada zaman dulu. Ngayah berasal dari akar kata “ayah” yang terpancar dari budaya PURUSAISME (garis keturunan ayah), terutama berkaitan dengan sistem pewarisannya. Kemudian menjadi “ayahan” yang secara spesifik mengacu pada “tanah ayahan desa” dan konsekuensinya. Sebagai wujud tanggung jawab dalam ngayah, ada beberapa kewajiban yang harus dijalankan oleh orang orang yang mendiami tanah ayahan, yaitu sebagai pengayah pura, pengayah banjar adat, dan pengayah puri/raja-raja karena sebagian tanah-tanah ayahan itu adalah pemberian dari raja.
Dari latar belakang sejarah ini, sering muncul pertanyaan, “apakah ngayah masih relevan untuk zaman sekarang? Jawabannya tentu saja “iya”.
Pada hakekatnya, aktifitas ngayah berpegang pada suatu rumusan filosofis yaitu “kerja sebagai ibadah” dan “ibadah dalam kerja”. Kita sebagai umat Hindu di Bali agar tidak berfikir sempit mengenai makna dari ngayah ini. Ngayah dalam kontek budaya global atau pada zaman sekarang  dapat dilakukan dalam berbagai bidang kehidupan asalkan kegiatan ini dilakukan dengan rasa tulus dan ikhlas, serta dapat dilakukan setiap saat, oleh siapapun, dan dimanapun. misalnya di lingkungan keluarga, di lingkungan rumah, di sekolah, dan lainnya.
Ngayah saat upacara keagamaan dapat berupa membuat upakara, membuat perlengkapan upacara, menari, membunyikan gamelan, melantunkan lagu-lagu keagamaan, membersihkan areal pura, dan lain sebagainya.
Kemudian dalam arti luas, ngayah dapat direfleksikan melalui menulis cerita-cerita ketuhanan, menulis buku-buku agama, dharma wacana, dan lainnya.
Berikut ilustrasi berupa gambar-gambar kegiatan ngayah dari berbagai sumber di google!

Ngayah Dalam Rangkaian Persiapan Pujawali Pura Luhur Batukau

Hasil gambar untuk dharma wacana

Hasil gambar untuk ngayah di pura


Adapun tujuan umat Hindu di Bali melakukan kegiatan ngayah, yaitu agar hubungan persaudaraan tetap erat dan membangun kebersamaan karena Bali juga menggunakan sistem “menyama braya”, ngayah sebagai sebuah persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa, selain itu ngayah juga sebagai wujud implementasi nilai-nilai luhur Pancasila, dan masih banyak lagi nilai positif dari ngayah ini.
Jadi karena inilah budaya atau tradisi ngayah ini perlu dipertahankan. Namun bukan hanya sekedar ngayah saja, melainkan banyak pekerjaan lain yang dapat dilakukan, dengan catatan bahwa pekerjaan itu baik dan dilaksanakan sesuai ajaran Dharma. Dan janganlah kita melakukan pekerjaan orang lain dengan sempurna tetapi pekerjaan sendiri tidak dilakukan dengan sempurna. Dalam konteks ini, bukan berarti kita tidak boleh menolong sesama, tetapi yang dimaksud dalam hal ini adalah mengambil pekerjaan orang lain yang bukan merupakan tanggung jawab kita.
Demikian yang dapat penulis buat dengan merangkum dari berbagai sumber. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Tunggu postingan berikutnya ya....  : )

Om Santih Santih Santih Om


Ni Komang Ayu Wahyuni
( 1813051019 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Seni Budaya Bali

SENI TRADISI DI BALI         TARI BARIS GEDE Sumber : Bali media info : Baris Gede Tari Baris Gede merupakan salah sat...